Skip to main content

Nasihat dari Mereka

“Aku menginginkannya,” katamu ketika melihat sebuah dream catcher berwarna ungu.

“Tak ada cukup uang untuk membelinya,” jawab seseorang di sampingmu.

Kau sangatlah terpukul saat orang itu menyeretmu menuju trotoar di perempatan itu. Ia memberikanmu sebuah gitar kecil atau sering kau sebut ukulele. Dengan mudahnya, ia meninggalkanmu. Berdalih dengan ada tugas lain yang dimilikinya, kau menurut. Memang hanya itu yang bisa kau lakukan demi mendapatkan rezeki di setiap harinya.

Aku melihatmu dari seberang, menatapmu dengan rasa iba yang membuncah. Namun, kau mulai beranjak dari tempatmu berdiri, berjalan mendatangi mobil-mobil dan sepeda-sepeda motor yang berhenti karena lampu merah menyala. Senar-senar yang menempel di alat musikmu itu dengan perlahan kau petik. Menghasilkan nada-nada merdu yang merangkai sebuah lagu.

Mungkin aku memang tak mendengarnya, tetapi mata batinku bisa merasakan alunan nada itu disertai suaramu yang lembut. Sebenarnya, kau tak mau diperlakukan begini, aku tahu itu. Kau hanyalah satu dari banyak anak yang dipekerjakan sama seperti profesimu sekarang. Entah, cocok atau tidak ketika aku menyebutnya sebuah profesi, tetapi selama suatu pekerjaan mengasilkan sesuatu yang lain, aku menyebutnya profesi.

Uang koin dan uang lembaran kau terima tanpa memandang berapa nominalnya. Lagi pula, tak mungkin ada seseorang pengendara yang memberikan uang lebih dari 2000 rupiah. Jika kau mendapatkannya, mungkin hari itu tak akan terulang selama berbulan-bulan selanjutnya. Bukan pesimis, tetapi itu fakta yang selalu menerpamu.

“Mengapa kau bekerja seperti ini?” tanyaku di sela-sela kau beristirahat.

“Ini kewajibanku, aku harus melakukannya.”

“Untuk apa?”

“Aku adalah anak tertua di keluargaku, jadi aku harus bersikap dewasa dengan cara menafkahi keluargaku.”

“Tapi, kau masih anak-anak,” sergahku.

“Tidak memandang aku anak-anak atau orang dewasa, tetapi aku harus bersikap dewasa. Kau saja yang tidak merasakan berada di posisiku.”

Aku memang belum dewasa, tetapi sikapku terlampau kekanak-kanakan. They said I was childish.

Comments