Bulan hanya terlihat sedikit di awal bulan ini. Di sekelilingnya, bintang-bintang berkerlip memancarkan cahayanya sendiri. Mereka memenuhi cakrawala seraya menebarkan kehangatan malam. Di sisi lain, angin membelai dengan cukup buas, meninggalkan segenap memori hitam itu berkelebat di benakku. “Mengapa kita bisa menjadi seperti ini?” tanyaku mencairkan kebekuan di antara kami. Tidak ada jawaban. Satu detik, dua detik, tiga detik, tetap tidak ada jawaban. Ia membisu sedari tadi, mungkin saja ia memikirkan fantasinya—entah tentang apa. Dengan sedikit jengkel, aku meninjunya tepat di bahunya. Kami yang tadinya sama-sama berbaring, tiba-tiba beranjak bangun dan duduk di rerumputan berkat satu tinjuan lemah itu. “Seperti ini apa, Zha?” Aku jelas mengetahui jika ia sedang berpura-pura. Orang seperti Dave memang sering sekali menutupi sesuatu yang diketahuinya—demi kelangsungan kehidupannya yang damai. “Kau sudah mengatahuinya, Dave...” “Entahlah,” gumamnya, “maaf jika aku membawamu terlam...
Learn, live, and hope.