Untaian ucapan ulang tahun masih terngiang di benaknya. Meski bukan kata-kata puitis, ia tetap saja tersenyum membacanya. Tulisan tangan pun bukan, melainkan sebuah pesan singkat melalui media chatting yang sedang booming. Ia tetap saja teringat.
Entah apa yang ia pikirkan, ia berpikir bahwa ucapan itu akan menjadi yang terakhir, sebelum mereka berpisah. Tak khayal, sebuah pertemuan pasti akan menemukan perpisahan. Kali ini laki-laki yang kerap menyemangatinya itu telah menemukan tempat baru untuk dirinya.
Baginya laki-laki itu sahabat terbaiknya, tempatnya berkeluh kesah tentang kehidupan pertemanannya, tempatnya meminta pertolongan seputar tugas-tugasnya yang amat menumpuk, juga tempatnya mendapatkan cerita-cerita baru yang belum pernah didengarnya. Akan tetapi, sudah waktunya untuk merelakan sahabatnya untuk mencari jalan hidupnya sendiri, tanpa kerusuhan-kerusuhan yang ia ciptakan.
“Hei, sampai jumpa di lain hari.”
“Thanks for being my friend for the last 2 years.”
Ingin rasanya ia menitihkan air mata. Tak sanggup melihat mawar-mawar itu menjauh, bersama laki-laki itu. Di depan sana, sang sahabat perlahan menghilang setelah menutup pintu mobilnya rapat-rapat.
Mungkin, hari-hari selanjutnya tidak akan sama. Mungkin, ulang tahunnya akan ada yang kurang. Mungkin, tak akan ada lagi orang yang sama untuk berkeluh kesah. Mungkin, mereka tak akan bertemu lagi. Mungkin, semua kenangan itu akan berubah menjadi ilusi. Masih banyak kemungkinan lainnya yang tak sanggup ia pikirkan.
Mereka hanya melanjutkan hidup, di jalannya masing-masing. Entah takdir akan membuat keduanya bertemu atau tidak, mereka hanya berharap.
Meskipun ku tak siap untuk merindu
Ku tak siap tanpa dirimu
Ku harap terbaik untukmu
Comments
Post a Comment