Skip to main content

I Couldn't


Di salah satu sudut café, seorang gadis duduk termenung memandangi cangkir kopi pesanannya. Pada awalnya, ia tidak sendiri, ia bersama seorang teman. Namun, sesuatu yang tak diinginkan terjadi. Sang teman harus terpaksa berkumpul dengan segerombolan orang lainnya untuk menyelesaikan suatu proyek, masih di tempat yang sama, tetapi di meja yang berbeda.
Sesekali, Nada, gadis itu, melirik ponselnya. Ia masih berharap seseorang akan beritikat baik untuk menemaninya duduk menunggu sang teman. Beberapa pesan dari orang yang berbeda masuk hampir bersamaan, isinya pun hampir sama, sebuah penolakan halus.
Nada hampir frustasi, ia mengetuk meja dengan jemarinya beberapa kali. Ia sudah menyerah dan memutuskan untuk menunggu sang teman sendirian. Jemarinya kini berpindah pada ponselnya, megusap layar ponsel tanpa minat.
“Nad,” seseorang sepertinya tengah memanggil namanya. Nada reflek menengok ke sumber suara. Senyumnya lantas merekah melihat seorang yang siap menyelamatkan dirinya dari kebosanan.
Tanpa permisi, laki-laki seumur Nada itu menarik kursi di hadapan Nada. Ia meletakkan tas punggungnya kemudian berjalan ke bar tempat pemesanan. Dari kejauhan, Nada dapat melihat laki-laki itu memesan segelas matcha latte dan setangkup sandwich.
“Reza, kok kamu bisa sampi sini sih?” tanya Nada ketika Reza telah menaruh nampan di hadapannya.
“Aku naik motor,” jawabnya seraya terkekeh.
“Serius, Za!” Nada mendengus kesal, tetapi menahan tawa.
“Bersyukur kek aku udah ke sini nemenin kamu,” timpal Reza yang masih asing dengan sapaan ‘aku’ dan ‘kamu’.
Percakapan singkat itu beranak-pinak. Mulai dari alasan Nada mencari teman menunggu hingga hal-hal konyol seputar perkuliahan yang mungkin tak terpikir untuk diperbincangkan. Mereka tenggelam dalam gelak tawa.
“Jadi gini ceritanya, tadi aku sendirian di kampus, terus Salsa telpon aku untuk ke sini nemenin kamu,” jelasnya diiringi tawa.
Deg. Nada mencelus. Rasanya semua harapannya sirna. Iya, ia menyimpan sebuah perasaan spesial untuk Reza, namun tampaknya tidak ada perasaan apapun dari Reza. Ia ingin menyumpahi Salsa dengan perkataan yang kasar. Ia kesal bukan main, ia merasa semua yang terjadi saat ini semata untuk mengejeknya.

Pada saat itu, Nada berdiri, mengucapkan selamat tinggal, dan berjalan memunggungi Reza.

Comments