Skip to main content

Bernapas di Sungai Keruh

Tidak, kali ini aku tidak akan bicara tentang cinta. Ini hanya sebaris perasaan yang terbersit beberapa waktu di benakku. Sekat antara kecewa, dilema, sedih, dan marah seakan memudar. Semuanya berpacu menghantam setiap inci partikel pertahananku. Hingga cairan bening ini menerobos sudut-sudut mataku tanpa permisi.
Tidak, aku tidak menjadi seperti ini karena cinta, melainkan sesuatu yang lain yang kugambarkan dengan kata “kekeluargaan”. Pada awalnya, aku benar merasakannya. Bahkan, aku mematri kata itu setiap kali kami bercengkrama. Satu bulan, dua bulan, tiga bulan, semua berjalan tanpa kendala yang berarti. Hingga pada saatnya satu per satu dari kami mulai gugur untuk terbang bersama angin.
Tidak, aku tak merasa kehilangan, justru aku mencintai mereka dan aku tak bisa menahan mereka untuk pergi. Dengan sedikit bekal dari mereka, aku mencoba terus berkembang. Meskipun, kata “kekeluargaan” itu tak lagi menjadi poin utama di dalam hatiku. Hingga perlahan kata itu hilang tertelan keegoisanku.
Tidak, aku tidak melakukannya demi diriku sendiri. Tapi, masih saja ini egois. Aku hanya peduli di saat tertentu saja. Ketika panggilan itu mengharuskanku untuk datang, aku menyempatkan walau hanya beberapa menit. Ketika aku merasa tak dibutuhkan, aku menghilang untuk bersua dengan yang lain. Hingga aku sadar jikalau aku harus berjalan mundur.
Tidak, kali ini aku serius. Aku ingin mengakhirinya. Bertahan di tempat yang sudah tidak menggantung bahkan sedikitpun kata “kekeluargaan” di dalamnya, aku sungguh tak sanggup. Ditambah lagi, aku banyak menyimpan personal bias yang membuatku semakin membenci diriku. Hingga aku mengakui bahwa kebencian itu semakin membuncah.
Tidak, aku tak akan pergi, hanya saja aku tak berkeliling di sekitar. Aku hanya ingin memberi ruang untuk diriku, menghilangkan semua kebencian kepada diriku, dan membenahi semua perasaan yang kini tengah kalut. Hingga semua ini berjalan membaik.
Tidak, jangan kasihani aku. Beri aku waktu. Hingga aku tahu bagaimana aku seharusnya bertindak.

Comments