Skip to main content

Waiting


Matahari sudah pergi beberapa menit yang lalu. Aku tengah mendengarkan Endah N Rhesa dengan syahdu ketika rentetan notifikasi memenuhi ponselku. Tanpa komando, jemariku memaksaku untuk menilik pesan-pesan itu. Ya, dia lagi, seseorang yang akhir-akhir ini sudi mendengarkan keluh kesahku sekaligus orang yang tak enggan menceritakan apa yang terjadi pada harinya.
“Aku lelah,” katanya pada pesan terakhir yang dikirimkannya.
“Semangat!” hanya sepenggal kata itu yang menjadi balasanku untuknya.
Dia gagal untuk kesekian kalinya. Pesan-pesan yang diketiknya sebelumnya sudah menjelaskan berbagai alasan mengapa dan bagaimana. Aku tak tahu harus merespon seperti apa, kali ini dia benar-benar merasakan sebuah kekecewaan.
Aku hanya terpaku melihat jam analog yang tergantung di salah satu dinding kamarku terus menggerakkan jarum-jarumnya. Tak sampai 15 detik, ponselku kembali bergetar, kali ini musik yang kuputar berhenti. Balasan atas semangat yang kuutarakan, sebuah panggilan telepon.
Setelah menghela satu napas panjang, aku mengangkatnya.
“Halo, Fal!” sapanya di ujung sana, nadanya sedikit lebih bersemangat.
“Hmm, kenapa?”
“Ada sesuatu yang kamu sembunyikan? Suaramu aneh.” Sejujurnya iya.
“Nggak ada apa-apa, kenapa?”
“Makan yuk,” katanya kemudian. Aku melonjak ingin mengiyakan.
“Ada janji lain yang harus kutepati, maaf. Aku tutup.” Bohong.
Benar, jika kau berpikir aku tak ingin menanggapi ajakannya. Aku tak mau terlalu terlihat kegirangan ketika dia mengirimiku pesan-pesan itu bahkan ketika dia menelponku hanya untuk hal-hal tak penting. Karena aku sudah jatuh terlalu nyaman.
Dia kerap menceritakan tentang gadis-gadis lain yang didekatinya. Dan, dengan bodoh aku memilih untuk mendekatkannya dengan gadis-gadis itu. Namun, itu yang terjadi. Aku bahagia ketika melihatnya bahagia dan aku khawatir ketika lagi-lagi dia mengalami penolakan.
Aku belum tahu apakah ini kisah bertepuk sebelah tangan atau bertepuk tangan. Nyaliku terlalu ciut untuk menyatakan terlebih dahulu. Lagi pula, aku perempuan, masih sangat tabu untuk memulai terlebih dahulu.
Cukup seperti ini saja, aku sudah bahagia. Aku harap dia juga.
Lamat-lamat Endah N Rhesa kembali mengalunkan musiknya.
I’m just waiting for a moment to tell you
I’m waiting, and I’ll make you all mine
I’m just waiting, waiting, waiting

Comments