Masih jelas bagaimana pertama kali aku bertemu dengannya. Siang itu di bawah teriknya matahari, aku berada persis di depannya, bahkan sesekali ia bertanya mengenai apa yang tengah dibicarakan co-fasilitatorku di depan sana. Wajar, karena kami duduk di barisan belakang dan kurang bisa mendengar apa yang kedua co-fasilitatorku sampaikan untuk keperluan orientasi mahasiswa beberapa hari lagi. Pada saat hari pertama orientasi mahasiswa dilaksanakan, kami duduk bersebelahan. Lagi-lagi bukan karena kesengajaan, tetapi kami termasuk golongan mahasiswa yang sering terlambat hadir di kelas sehingga hanya kursi di depan yang masih belum ditempati. Ia tak mengajakku berbincang selama kelas, kami lebih banyak memperhatikan dan berbicara kepada satu sama lain seperlunya. Namun hari itu, aku banyak mengenal tentangnya, termasuk di fakultas mana ia akan belajar nantinya. Aku mendefinisikannya sebagai crush, seseorang yang tak mungkin kamu akan bersamanya, tapi kamu jatuh hati padanya. Aku tak men...
Learn, live, and hope.