Skip to main content

Posts

Showing posts from January, 2015

Little Piece of Love

Ah, sudahlah dia memang bukan untukmu. Selalu saja kuingat kalimat itu setiap aku berpapasan dengannya. Setiap saat aku melihatnya bersama gadis itu. Gadis yang beruntung itu lebih tepatnya. Mereka biasa berdua, duduk di bawah salah satu pohon tua di sekolahku. Jika beruntung, mereka akan pergi berdua ke tempat-tempat yang mereka ingin kunjungi. Mereka mungkin memiliki kesukaan yang berbeda. Mereka juga memiliki hobi yang saling bertolak belakang. Namun, itu semua membuat mereka erat. Mereka saling melengkapi. Hanya takdirlah yang akan memisahkan dua sejoli itu. Sulit sekali menghapuskan luka lama. Apalagi yang membekas. Bekas itu masih ada dan selalu akan terbuka setiap aku menatapnya. Ya, karena menatapnya akan mengingatkanku pada memori terdahulu. Memori indah tentang  kami . Bekas luka itu selalu saja menolak untuk dibuka, tetapi apa daya, sebagian di antara mereka merasakan rindu. Rindu yang hanya akan terobati olehnya. Mungkin tidak tepat bila kukatakan ini adalah rindu. Aku ...

Ironi

Kata orang, seringnya realita bertentangan dengan ekspektasi. Memang iya. Aku sendiri yang menjadi salah satu korban dari kejamnya realita duniawi. Aku berpikir bahwa aku akan selalu di atas, tetapi pada kenyataannya, hanya sesekali aku di atas. Bahkan kini, aku di bawah. Tak salah menjadi orang-orang bawah. Bukan dalam hal materi maksudku. Ini semua tentang posisi. Di suatu waktu yang entah kapan, bisa saja aku berada posisi paling tinggi, tapi sedetik kemudian, posisiku di bawah. Aku rasa ini dasar dari bawah. Ketika jatuh, pasti sakit, pasti ingin marah, dan juga ingin meluapkan emosi kepada semua orang yang ada di sekitar. Kalau dipikir lagi, hal itu malah merugikan, marah-marah ke orang yang tidak bersalah, hanya menambah daftar dosa.  So , berusahalah tegar dimanapun posisimu. Itu rasanya, ketika kamu jadi seorang yang penting dalam suatu  event , tiba-tiba ada suatu hal yang harus membuatmu menjadi orang dengan jabatan terendah. Sakit? Memang. Namun, tak ada yang bisa d...

Segenggam Rasa

Ketika pertama kali melihat wajahnya, satu kata yang muncul, entahlah. Ya, mata yang tidak terlalu besar atau sebut saja agak sipit dipadukan dengan hidung yang berukuran normal, bukan pesek, tetapi tidak mancung. Di samping itu bibirnya yang melengkung membuat seulas senyum. Hanya seulas senyum, tetapi meruntuhkan semua kesan horor dari dirinya. Aku berharap senyum itu untukku, tapi nyatanya tidak sama sekali. Sudah ada yang memilikinya. Seorang gadis manis berkerudung yang sering sekali dijumpai dengan kameranya. Gadis itu seorang fotografrer? Tidak. Maksudku belum. Mungkin suatu saat nanti, dia akan menjadi salah seorang fotografer yang terhebat di Indonesia. Namun, siapa yang tahu nasib orang, mungkin nantinya dia jadi seorang artis atau seorang dokter anak. Hanya Tuhan yang tahu. Dia mendekat. Bukan gadis itu, tetapi orang yang selama ini aku suka. Aku tak tahu kata apa yang tepat untuk dikatakan, jadi aku bilang itu rasa suka. Dia mendekat, menuju ke tempatku berdiri. Ah, pasti ...