Ah, sudahlah dia memang bukan untukmu. Selalu saja kuingat kalimat itu setiap aku berpapasan dengannya. Setiap saat aku melihatnya bersama gadis itu. Gadis yang beruntung itu lebih tepatnya. Mereka biasa berdua, duduk di bawah salah satu pohon tua di sekolahku. Jika beruntung, mereka akan pergi berdua ke tempat-tempat yang mereka ingin kunjungi. Mereka mungkin memiliki kesukaan yang berbeda. Mereka juga memiliki hobi yang saling bertolak belakang. Namun, itu semua membuat mereka erat. Mereka saling melengkapi. Hanya takdirlah yang akan memisahkan dua sejoli itu. Sulit sekali menghapuskan luka lama. Apalagi yang membekas. Bekas itu masih ada dan selalu akan terbuka setiap aku menatapnya. Ya, karena menatapnya akan mengingatkanku pada memori terdahulu. Memori indah tentang kami . Bekas luka itu selalu saja menolak untuk dibuka, tetapi apa daya, sebagian di antara mereka merasakan rindu. Rindu yang hanya akan terobati olehnya. Mungkin tidak tepat bila kukatakan ini adalah rindu. Aku ...
Learn, live, and hope.