Secangkir kopi yang tersaji di hadapanku terasa amat sayang untuk dibuang. Namun, aku tak bisa menyesapnya. Kau mengawasiku sudah seperti orang tuaku. Ini itu yang aku tak boleh kau tahu semuanya meski ini baru beberapa bulan kita berkenalan. Berkedok sudah seperti keluarga, kau masuk dalam kehidupanku. Aku bersyukur atas itu karena kau yang membantuku akhir-akhir ini. Awalnya aku ragu akan kehadiranmu karena kita memiliki cita-cita yang sama untuk diterima di fakultas itu . Otomatis kau adalah salah satu pesaing ku. Melihat perjuanganmu yang jauh-jauh datang dari ujung barat pulau ini, aku turut berdoa agar kau bisa mendapatkan satu tempat, tepat di sampingku. Aku tak lagi melihatmu sebagai pesaing karena yang aku percaya adalah laki-laki dan perempuan diciptakan bukan untuk bersaing, melaikan untuk saling melengkapi. Kau pernah berkata, “Kalau butuh sesuatu kamu bisa bilang saya.” Aku tahu kau benar-benar mengatakannya dengan tulus. Meski tidak beralasan me...
Learn, live, and hope.