Secangkir kopi yang tersaji di hadapanku terasa amat sayang untuk dibuang. Namun, aku tak bisa menyesapnya. Kau mengawasiku sudah seperti orang tuaku. Ini itu yang aku tak boleh kau tahu semuanya meski ini baru beberapa bulan kita berkenalan.
Berkedok sudah seperti keluarga, kau masuk dalam
kehidupanku. Aku bersyukur atas itu karena kau yang membantuku akhir-akhir ini.
Awalnya aku ragu akan kehadiranmu karena kita memiliki cita-cita yang sama
untuk diterima di fakultas itu. Otomatis kau adalah salah
satu pesaingku.
Melihat perjuanganmu yang jauh-jauh datang dari ujung barat
pulau ini, aku turut berdoa agar kau bisa mendapatkan satu tempat, tepat di
sampingku. Aku tak lagi melihatmu sebagai pesaing karena yang aku percaya
adalah laki-laki dan perempuan diciptakan bukan untuk bersaing, melaikan
untuk saling melengkapi.
Kau pernah berkata, “Kalau butuh sesuatu kamu bisa bilang
saya.” Aku tahu kau benar-benar mengatakannya dengan tulus. Meski tidak
beralasan mengapa aku langsung mempercayaimu, mungkin ini yang namanya
rasa sreg.
Kau tulus, terbukti kau membantuku ketika aku dihadapkan
dengan sebuah momen yang awkward. Orang yang menciptakan
suasana itu berdalih akan belajar bersama denganku, tetapi aku merasa ada yang
tidak beres dengannya, sontak aku menelponmu, kau hanya berkata, “Saya nggak
akan menutup telepon, kamu terus ngomong aja.” Aku mencelus, masih ada orang
baik yang mau menolongku. Meski aku tak bisa mengucapkannya secara langsung,
aku berterimakasih.
Mungkin orang lain akan tertawa mengdengar percakapan kita
mengingat bagaimana kau masih menggunakan logat aslimu dan aku menimpali dengan
bahasaku sehari-hari. Namun itu tak berarti, untukku. Aku rasa kita tak butuh
opini orang lain karena kita sendiri yang merasakannya dan aku baik-baik saja
dengan itu.
Kau ingat apa yang kau katakan padaku sore itu, aku
benar-benar memprosesnya di dalam benakku hingga larut malam. Kita tak butuh
suatu kata untuk mengikat, kita hanya akan menjalaninya sedemikian rupa
sehingga kita nyaman. Aku setuju, lagipula status tak berarti banyak untukku.
Aku harap kita bisa bertemu di satu fakultas yang sama di
universitas yang sama untuk mengenyam pendidikan. Percayalah bahwa hasil tidak
akan mengkhianati usaha. Tetap berusaha dan berdoa.
Seorang pecinta “Seblak”
A/N: gapapa gelang murah it's not that point
Comments
Post a Comment