Kotak-kotak sisa makan siang dan kardus-kardus berisi setengah penuh minuman dalam kemasan itu tampak sangat berat dalam dekapanmu. Kau rela berbalik untuk mengambil barang-barang yang tak sengaja luput dari penjagaanmu. Kau melakukannya dengan senang hati, bahkan aku bisa melihat senyum tulusmu yang selalu berkembang seharian, kapanpun. Ketika kau berpapasan dengan beberapa orang yang kukenal, dari sudut sini, aku jelas melihat gerak bibirmu. Kau tak enggan untuk memberikan dukungan dengan kata-kata semangat dan berterima kasih. Tak kusangka, kau berjalan mendekat. Tepat di bawah pohon besar, tempat di mana aku berteduh, kau berhenti. Kau pamerkan deretan gigi putihmu itu dan membentuk senyum yang lebar. “Disya,” panggilmu. Kau bahkan mencoba menghafalkan setiap nama orang, termasuk namaku, agar kau tak melukai hatinya. Itu suatu hal yang amat mustahil untukku ketika orang yang kau hafalkan berjumlah lebih dari seratus orang, dalam waktu yang relatif singkat. Aku ...
Learn, live, and hope.