Skip to main content

Senyum yang Sama



Sebuah foto melayang jatuh mengenai jemari kakiku. Tanpa komando, secara refleks, aku mengambil lembaran kecil itu. Sangat usang dan diselimuti debu. Senyum hangat penuh kebahagiaan terpancar dari orang-orang yang dijepret lensa kamera. Semua yang ada di dalamnya masih sangat muda, termasuk gadis berambut pendek berbalut jaket musim dingin itu, aku.
Hari itu adalah salah satu hari yang bahagia, salah satu hari dari sebulan liburanku. Entah apa yang ada di benakku, aku memberanikan diri untuk ikut terjebak dalam dinginnya atmosfer siang itu. Bersama empat orang yang sudah kukenal, aku lekas mengenakan jaket musim dingin itu.
Kami bersenang-senang layaknya anak-anak pada umumnya. Bagaimana tidak, ini seperti musim dingin pertama kami. Beberapa dari kami sempat menggigil, entah karena benar terlalu dingin di tempat itu atau karena kami terlalu kegirangan.
Aku, sebagai salah satu dari dua anak perempuan di sana, memberanikan diri untuk berjalan berdampingan dengan anak laki-laki seusiaku yang baru kukenal hari itu, Nala. Tak tahu apa yang merasuk, aku dan Nala langsung akrab. Kami bercengkrama dengan intensif, jikalau ada orang yang melihat mungkin akan berpikir bahwa kami adalah sepasang saudara. Dengan kekuatan seorang laki-laki, Nala menautkan jemarinya pada jemariku sehingga aku merasakan kehangatan.
“Ayo, foto!” serunya kemudian.
Kami berempat hanya mengekor dan berpose. Tiga orang mengambil sisi di depan, membungkukkan badannya, dan menyisakan aku dan Nala di belakang. Aku tersenyum melihat lensa kamera hingga foto polaroid itu keluar dengan sendirinya.
Anak laki-laki lainnya yang baru aku kenal hari itu langsung mengolok-olok kami berdua karena posisiku yang terlalu dekat dengan Nala. Di waktu itu aku benar-benar tak berpikir yang aneh-aneh, Nala hanyalah anak laki-laki yang baru saja kukenal, hanya itu.
Kini, gadis berambut pendek itu telah bertransformasi. Aku tak semenggemaskan dulu, tetapi tak banyak yang berubah dariku. Begitu juga Nala. Laki-laki yang telah beranjak dewasa itu sekarang sedang berdiri di hadapanku dengan seulas senyum. Masih sama.

Comments