Beraktivitas secara online sudah menjadi rutinatas baru di tengah pandemi COVID yang melanda seluruh bagian dunia ini. Tak terkecuali untukku, berkutat di hadapan laptop untuk meeting online atau hanya sekadar mengerjakan tugas adalah hal yang tidak terpisahkan sehari-hari. Rasa lelah tak payah selalu hadir di sekitar indera pengelihatan dan pada tulang-tulang penyangga badan ketika duduk dalam waktu yang lama. Bukan hanya pada fisik yang terasa, melainkan menyergap diri melalui perasaan. Sering kali rasa lelah membuatku menitihkan air mata hingga tersedu, bahkan beberapa kali aku terpikir bahwa ini sudah berjalan menuju stres.
Lalu, hari ini seseorang bertanya padaku, “Sebenarnya apa sih yang ingin kamu lakukan di masa depan?”
Berbagai hal melintas di benakku, memintaku untuk mengatakannya secara lantang. Tapi, aku hanya diam dan memberikan tatapan clueless kepada sang penanya.
“Coba deh definisikan apa goals kamu?” ia melanjutkan dengan seulas senyum mengiringi. Aku mencoba menjawab dengan berbagai keinginanku untuk masa depan. Semua hal yang ingin aku raih aku coba definisikan dengan gamblang. Ia mendengarkan dengan seksama dan mengangguk-anggukkan kepalanya seakan mengerti setiap hal yang ingin aku capai.
Setelah bertubi-tubi harapan aku sampaikan, ia kembali menyadarkanku dengan seulas senyum, seraya bertanya, “Kalau sekarang kamu pengen ngelakuin apa?”
Aku menjawab, “Pengen nyelesaiin skripsi, pengen belajar IELTS untuk gain masa depanku.”
Ia terkekeh kemudian memberikan satu pertanyaan yang menurutku sulit untuk dijawab, “Yang aku maksud, apa yang pengen kamu lakukan untuk kamu hari ini?” Lagi-lagi mataku mengisyaratkan seberapa tak pahamnya aku dengan pertanyaannya.
“Nad, please hear me out, kamu perlu mendefinisikan apa yang mau kamu lakukan hari ini untuk kamu hari ini, bukan untuk masa depanmu. You have to live your life right in this time, this day, not just for the future,” ia tersenyum dan mengambil napas, “setiap hari adalah berharga, you have to make yourself exist everyday, bukan hanya untuk masa depanmu.”
Ia kemudian memberikan aba-aba kepadaku untuk menutup kedua mataku dan fokus pada pernapasanku, kemudian ia berkata, “Latihan hari ini coba diresapi ya kata-kataku terakhir tadi.” Kemudian yang aku dengar hanya alunan meditasi yang mulai menyergap inderaku.
Comments
Post a Comment