Aku Nalya, sesorang gadis yang berada di usia yang kata orang produktif. Namun, kau tau, aku tidak. Hari-hariku habis untuk memandangi scene demi scene yang terarah dengan apik di tv series favoritku. Kalau kupikir, mungkin sudah puluhan tv series yang habis kutamatkan dalam kurun waktu setahun ini. Tapi rasanya masih banyak tontonan yang menunggu untuk kunikmati, bahkan banyak judul yang aku baru melihatnya hari ini.
Jadi, kau akan paham bahwa kau dapat selalu menemukanku di kamar kesayanganku. Kalaupun aku bergerak, mungkin hanya sesekali ke kamar mandi atau mengambil camilan. Jika kau beruntung, kau akan melihatku membuka buku sketsaku dan mulai membubuhkan garis demi garis sebagai paduanku untuk bermain dengan cat air. Meninggalkan tontonanku dan mulai hilang dari waktu sekarang menuju imajinasiku yang tidak terbelenggu waktu.
Akan tetapi, hari ini tidak seperti hari-hari biasanya. Aku, memutuskan untuk bertemu teman-temanku. Sudah lebih dari dua bulan aku tak berinteraksi dengan manusia, selain orang tuaku. Sangsi menyergapku, pertanyaan apakah aku masih bisa bersosialisasi terus-menerus mendengung di benakku. Tapi, sekali lagi aku sudah memutuskannya, aku harus bertemu teman-temanku.
Mengenakan setelan kaos dan jins, aku bertolak menemui teman-temanku di salah satu rumah temanku. Dengan langkah ragu-ragu aku berjalan menuju depan rumahnya dan mengetuk pintu dua kali.
“Nalya deh kayaknya itu!” aku mendengar seruan dari dalam diiringi dengan gemuruh langkah kaki beberapa orang yang menuruni tangga.
Tak menunggu beberapa lama, pintu terbuka, memperlihatkan empat orang temanku yang sudah mengenakan dress dengan warna yang berbeda. Mereka terkekeh melihatku dengan busana kasual yang tidak mereka harapkan.
“Bener kan kataku, Lya nggak mungkin dateng pakai dress,” Wikan berkata seraya tertawa dan merangkul pundakku. Diikuti dengan Rha si pemilik rumah yang menarik tanganku setengah menyeretku untuk menuju kamarnya. Gea dan Hima hanya mengekor seraya mendorongku untuk cepat-cepat berjalan ke kamar Rha.
Sepotong dress merah sudah rapih tergantung di depan lemari pakaian di dalam kamar Rha. Tepat di sudut ranjang Rha, terdapat topi boater dengan aksen merah sebagai point of view-nya. Aku melihat dress itu dan kemudian menatap Rha. Rha mengangguk dan berkata, “Udah buruan deh Lya, ganti sana biar kita bisa piknik.” Nadanya yang ceria membuatku tak bisa menolak permintaan Rha.
Piknik yang dimaksud Rha adalah literal piknik seperti yang digambarkan penulis-penulis novel masa kecilku. Duduk di atas tikar kotak-kotak dengan keranjang piknik yang menyimpan banyak kudapan dan berada di tengah-tengah kebun dengan bunga yang bermekaran. Namun, kami tak pergi dari rumah Rha. Ya, kau benar, Rha memiliki kebunnya sendiri di belakang rumahnya, kebun bunga matahari itu di mana kami akan melakukan piknik.
Matahari yang asli tidak menampakkan rupanya ketika Wikan dan Hima menyampirkan tikar di atas rumput. Begitu pun saat makanan-makanan mulai kutata di atas tikar. Cuaca mendung sangat cocok piknik, benar, tanpa takut kulit terpapar sinar matahari. Kami mulai bercengkrama, memakan mille crepes yang dibuat langsung oleh Gea dan meminum teh artisan yang tengah banyak digandrungi orang. Berbagai topik mengalir begitu saja, tanpa aku pikirkan. Ternyata tidak sesusah dugaanku, aku cukup terhibur dengan percakapan kami.
Tak kami sangka, titik-titik air mulai menghujani tempat kami berpiknik. Tidak seperti bayanganku yang berpikir bahwa ini akan menjadi chaos, kami menikmatinya. Hima mengeluarkan kameranya dan mulai memotret kenangan yang akan kami lihat di masa depan. Rha dan Wikan mengeluarkan peralatannya untuk membuat balon-balon gelembung beketerbangan di udara. Aku dan Gea dipaksa untuk berpose di tengah bunga matahari yang mekar. Kami menjadi tim pencari foto terbaik mendadak hari ini, untuk momen yang mungkin akan terulang lagi entah kapan.
Aku bahagia, berceloteh bersama teman-temanku dan menghabiskan waktu bersama mereka. Entah, mungkin aku harus terus bersabar hingga pandemi ini reda sehingga kami bisa lebih sering berkumpul lagi dan menghabiskan waktu bersama.
Comments
Post a Comment