Skip to main content

Posts

Showing posts from June, 2016

Memories of the Class

Langit di luar sana tampak berbeda dibandingkan hari-hari pada musim kemarau biasanya, tertutup awan-awan tebal nan kelabu. Meski begitu, tidak ada yang berubah di tempat ini. Belajar, berbincang, bermain, makan dan minum, membaca novel, bahkan tidur pernah terangkum di dalam kelas ini. Guru yang datang terkadang tercengang melihat perilaku siswa-siswanya yang saling bertolak belakang satu dengan yang lainnya. Aku, salah seorang di antara 32 siswa di kelas itu, adalah seorang yang biasa-biasa saja. Akan tetapi, terlalu banyak kenangan yang dilekatkan pada ingatanku. Sudah pasti aku tak bisa mengingat semuanya, tapi terkadang ingatan-ingatan itu berkelebat di kepalaku. “Tolong kerjain ini dong, ini nanti keluar waktu ulangan.” “Oke, beres deh nanti aku kerjain.” “Heh, ada berita buruk! Kita itu dilaporin ke guru lho, yang ngelaporin temen kita sendiri.” “Sumpah? Kalau kayak gitu namanya bukan temen.” “Alasan dia ngelapor itu soalnya dia nggak kita ajak serveran.” “ASU!” Deretan sumpah...

Once Again

Satu lagi malaikat pelindungnya pergi. Kali ini hanya sementara, namun baginya satu bulan bukanlah waktu yang sebentar. Di bawah langit malam bertabur bintang, ia menyendiri, menyandarkan dingin tubuhnya pada baju hangat pemberian sang malaikat pelindung yang baru saja pergi. Sebelumnya, sudah seorang sahabat yang meninggalkannya. Kini, sang  kakak . Mereka tak berhubungan darah secara langsung, tetapi baginya lelaki itu ialah kakak yang melindungi raga dan rasanya. Ia tidak mengalami sedih yang seperti itu, meraung-raung tak jelas tanpa maksud, ia hanya merasa hampa. Dua orang laki-laki yang lebih tua darinya itu sedang tak berada di sisinya. Mereka sedang menjalani hidup sendiri, masing-masing. *** “Ndes, gue dah beli tiket nih, besok jam 3 gue jemput ya.” “Nggak ah, takut.” “Pokoknya harus jadi, tiketnya udah di beli!” “Ih, dibilang gue nggak suka film horor, makanya kalau mau beli tiket bilang-bilang.” “Itung-itung nonton terakhir nih, sebelum gue balik.” Hatinya jelas mencel...

Sebuah Memori Sendu

Perang Dunia II telah usai beberapa tahun yang lalu. Situasi di muka bumi berangsur-angsur kondusif. Negara-negara yang terlibat perang telah membangun kembali tanah airnya dengan segenap tenaga dan bala bantuan. Untung saja, kerajaan kecil ini—tempatku dibuang—tidak terlibat peperangan terbesar sepanjang sejarah. Sejumlah negara dan kerajaan lain di sekeliling ikut membantu melindungi dan mempertahankan keberadaan Kerajaan Liechtenstein yang luasnya kurang lebih 160 kilometer persegi ini. Aku dibuang—tepatnya diasingkan—ketika usiaku beranjak 14 tahun. Pada waktu itu, kedua orang tuaku pergi untuk selama-lamanya menghadap Sang Pencipta. Mereka adalah pahlawan, jiwa dan raga dikorbankan demi terbebasnya tanah airku dari imperialisme dan kolonialisme yang sempat melanda. Namun, akibat dari tembakan Jepang di kapal-kapal pertahanan negara kami, Ayah, Ibu, dan awak kapal lain kritis hingga sang pencabut nyawa datang untuk menjemput mereka. Karena tempat tinggal kami dikepung ol...