Langit di luar sana tampak berbeda dibandingkan hari-hari pada musim kemarau biasanya, tertutup awan-awan tebal nan kelabu. Meski begitu, tidak ada yang berubah di tempat ini. Belajar, berbincang, bermain, makan dan minum, membaca novel, bahkan tidur pernah terangkum di dalam kelas ini. Guru yang datang terkadang tercengang melihat perilaku siswa-siswanya yang saling bertolak belakang satu dengan yang lainnya.
Aku, salah seorang di antara 32 siswa di kelas itu, adalah seorang yang biasa-biasa saja. Akan tetapi, terlalu banyak kenangan yang dilekatkan pada ingatanku. Sudah pasti aku tak bisa mengingat semuanya, tapi terkadang ingatan-ingatan itu berkelebat di kepalaku.
“Tolong kerjain ini dong, ini nanti keluar waktu ulangan.”
“Oke, beres deh nanti aku kerjain.”
“Heh, ada berita buruk! Kita itu dilaporin ke guru lho, yang ngelaporin temen kita sendiri.”
“Sumpah? Kalau kayak gitu namanya bukan temen.”
“Alasan dia ngelapor itu soalnya dia nggak kita ajak serveran.”
“ASU!”
Deretan sumpah serapah sudah kerap kudengar, bahkan aku juga melontarkannya. Tidak ada yang tersinggung hanya karena disumpahi, bahkan tak dianggap sesuatu yang perlu dimasukkan ke hati. Aku tak mau munafik, aku memang membutuhkan nilai. Setiap pelajaran masih menggunakan nilai untuk ukuran pintar tidaknya seseorang. Perbuatanku memang tak pantas untuk dicontoh, apalagi untuk menjadi teladan untuk orang lain, namun bagaimana lagi. Nasi sudah menjadi bubur dan kini tinggal sebuah kenangan.
Jujur, dengan segenap hati, aku tak suka dengan orang-orang yang seperti kebanyakan temanku, orang-orang yang tak sudi berbagi sepercik kepintarannya untuk mengajari orang lain. Memang itu hak mereka untuk tidak mengajari orang lain, tapi apa itu sesuatu yang harus dicontoh?
“Eh, ajarin aku materi matematika dong.”
“Coba yang lain aja ya, aku juga nggak paham sama materinya.”
Mereka memang menjawab tak paham atau kata-kata turunannya, tapi sebenarnya mereka hanya tak mau mengajari. Jelas mereka tak mau jika aku lebih paham materi dibandingkan dengan mereka. Akan tetapi, aku yakin aku tak mungkin bisa melampaui mereka, mereka jauh lebih hebat di atasku.
Tak apa, semuanya sudah terjadi. Pelajaran-pelajaran hidup benar kudapatkan di sini. Bagaimana aku harus bersikap dan bagaimana aku harus menjadi di kemudian hari, bisa kupelajari di sini. Meski kesan yang kudapatkan tidak semuanya baik, tetap saja aku bersyukur pernah menjadi bagian dari mereka.
"Whenever I think of the past, it brings back so many memories." -Steven Wright
Comments
Post a Comment