Satu lagi malaikat pelindungnya pergi. Kali ini hanya sementara, namun baginya satu bulan bukanlah waktu yang sebentar. Di bawah langit malam bertabur bintang, ia menyendiri, menyandarkan dingin tubuhnya pada baju hangat pemberian sang malaikat pelindung yang baru saja pergi.
Sebelumnya, sudah seorang sahabat yang meninggalkannya. Kini, sang kakak. Mereka tak berhubungan darah secara langsung, tetapi baginya lelaki itu ialah kakak yang melindungi raga dan rasanya. Ia tidak mengalami sedih yang seperti itu, meraung-raung tak jelas tanpa maksud, ia hanya merasa hampa. Dua orang laki-laki yang lebih tua darinya itu sedang tak berada di sisinya. Mereka sedang menjalani hidup sendiri, masing-masing.
***
“Ndes, gue dah beli tiket nih, besok jam 3 gue jemput ya.”
“Nggak ah, takut.”
“Pokoknya harus jadi, tiketnya udah di beli!”
“Ih, dibilang gue nggak suka film horor, makanya kalau mau beli tiket bilang-bilang.”
“Itung-itung nonton terakhir nih, sebelum gue balik.”
Hatinya jelas mencelus.
Rasanya baru kemarin ia melihat sebuket mawar itu pergi bersama si empunya. Untaian selamat ulang tahun itu terngiang lagi dalam benaknya. Benar, dari sang sahabat yang tengah melanjutkan studinya. Kali ini, seorang lagi akan yang direnggut masa untuk menjauh darinya. Apa tidak cukup satu orang saja? Pikirnya gamang.
“Gimana, Ndes? Nggak rugi kan nonton sama gue?”
“Rugi banget,” berbagai rasa menyerang dirinya, “udah mau maghrib, ayo cari tempat buat buka puasa!”
“Buka puasa kali ini bakal spesial deh, gue berani jamin.”
Dua piring nasi goreng dan dua gelas teh hangat ala pinggir jalan telah terhidang di hadapan mereka, siap untuk disantap. Ia tahu mengapa mereka berakhir dengan makanan pinggiran. Seorang lelaki yang berada di sampingnya itu hanya mahasiswa perantauan—yang sebentar lagi akan pulang. Mengingat hal itu, nafsu makannya berkurang.
***
Waktu yang dinanti pun tiba. Angkutan darat tercepat itu sudah menunggu lelaki itu. Meski ia menganggapnya seorang kakak, ia tak bersedia mengantar. Ia takut air matanya akan menetes tanpa permisi. Jadi, ia hanya menunggu setelah mereka saling berjabat tangan.
Hidupnya benar-benar hampa sekarang, tidak seorang pun berdiri di sampingnya untuk berkeluh kesah. Ia hanya memandang langit, bertanya apakah kedua malaikat pelindungnya akan baik-baik saja.
Ia akan menunggu salah seorang di antaranya atau bahkan keduanya untuk kembali berada di sisinya. Melindunginya, menyediakan tempat bersandar, juga memberikan berbagai solusi menarik dalam kehidupannya.
잡지 않았어 널,다시 올 줄 알고
그리워하다 보면
언젠가는 다시 볼 줄 알고
Comments
Post a Comment