“Can I be close to you? Ooh… Ooh…” Adrin menyanyikan penutup lagu itu secara berulang-ulang seraya mengendalikan mobilnya untuk terus berjalan di lajur yang tepat.
Di sampingnya, seorang gadis berambut sebahu tengah memandangi ponselnya. Mengambil beberapa potret dirinya untuk arsipnya sendiri. Sesekali ia bergumam mengikuti alunan lagu yang tengah memenuhi seisi kendaraan itu.
“Pakai kerudung, Rei, bentar lagi kita turun, loh,” pinta Adrin yang sesekali mencuri pandang ke arah Reia, gadis yang duduk di kursi penumpangnya.
“Iya, iya,” dengan sedikit mengerucutkan bibirnya, Reia meraih kain pasminanya. Ia segera menutupkannya pada rambutnya dengan bantuan sebuah jarum kecil.
Lantunan sebuah lagu tema sebuah film kesukaan Reia terputar di sela-sela ia membenarkan posisi kerudungnya. Gadis itu menarik kedua sudut bibirnya ketika sang penyanyi menyanyikan nada tingginya. Masih berkutat dengan model kerudungnya, Reia berujar, “Jadi pengen nonton A Star is Born lagi deh, Drin.”
“Dulu nontonnya sama siapa, Rei?” tanya Adrin tanpa diminta.
“Mancing ah sukanya, sebel,” gerutu Reia yang diingatkan akan kenangannya setahun yang lalu dengan seorang laki-laki yang kini sedang diperantauan.
Adrin tak bisa menahan tawanya. Beberapa kali ia menepuk kepala Reia yang sudah terbalut kain pasminanya.
“Ih, Adrin, kerudungku rusak kalau kamu tepukin gitu,” Reia lagi-lagi menggerutu, namun kali ini diakhiri dengan kekehan kecil. Ia menyentuh tombol next pada layar yang tengah memutar lagu tema itu. Kali ini lagu favorit keduanya yang terputar, sebuah lagu dari tahun 2012 lalu yang entah mengapa bisa menyatukan mereka berdua.
“Oh, I swear to you, I’ll be there for you, this is not a drive by!!” dengan lantang, Adrin dan Reia bersamaan menyanyikan bagian refrainnya.
Mereka tenggelam dalam menyanyikan lagu itu meski sebenarnya lirik-liriknya sedikit banyak merepresentasikan keadaan mereka saat ini. Tidak, mereka bukanlah sepasang kekasih, hanya saja sepasang teman. Baru-baru ini mereka menjadi sangat dekat karena sebuah proyek yang harus mereka lakukan bersama.
Adrin sudah pernah menyatakan perasaannya. Namun Reia, gadis itu, belum siap untuk memulai sebuah hubungan. Terlebih, dengan seseorang yang baru saja dikenalnya. Maka, diam-diam Adrin mendengarkan lagu-lagu kesukaan Reia, menambahkannya di daftar lagu kesukaannya, dan memutarnya setiap kali ia memiliki kesempatan untuk pergi bersama Reia—untuk mengerjakan proyek mereka tentunya.
***
Cahaya matahari menembus jendela kamar kos Adrin, memaksanya bangun dan menghadapi realita bahwa kini ia berada di tempat yang asing untuk mencari data untuk skripsinya. Bayangan beberapa tahun yang lalu berkelebat di ingatannya, tanpa komando, ia membuka daftar putar yang biasanya terputar di mobilnya bersama gadis itu. Ia memutar sebuah lagu di sana.
“I’ve never imagined your favorite song can relate to my situation, but now I know,” gumam Adrin pada dirinya sendiri. Tell me there are things that you regret 'cause if I'm being honest I ain't over you yet.
Comments
Post a Comment