Hamparan kebun teh nan luas menyiratkan kesejukannya hingga memenuhi rongga paru-paru Zahira. Pelariannya kali ini cukup menyenangkan, meninggalkan semua tanggung jawabnya, dan hanya untuk bersenang-senang di pinggir kota. Tentunya, ada seseorang yang menjadi pelopor perjalanan ini, Lukas, sesosok laki-laki yang sedang sangat dekat dengan Zahira.
Selagi Zahira mengambil potret lukisan hijau alami itu, diam-diam Lukas mengamatinya dari kejauhan. Ia melambaikan tangannya dan meminta Zahira untuk memasukkannya ke dalam potret yang tengah diambil. Lantas, Zahira menggeser bidikannya agar mengenai Lukas yang kini tengah membuat tanda peace dengan jari-jari tangannya seraya mengangkat kedua sudut bibirnya.
“Lucu banget deh ini fotonya,” ujar Zahira sambil menunjukkan salah satu polaroid yang baru saja diambil.
Foto itu memperlihatkan hamparan luas kebun teh dan Lukas yang terlihat sangat kecil. Lukas menggerutu, “Akunya nggak keliatan gitu.”
Zahira terkekeh mendengarnya, lalu ia menjawab, “Iya karena kamu nggak keliatan, jadinya lucu.”
Lukas bereaksi dengan mengambil kamera polaroid Zahira dan mengarahkannya untuk mengambil foto mereka berdua. Dengan sigap, tangannya merengkuh bahu Zahira. Meski keduanya tidak telihat siap untuk berfoto, polaroid itu berhasil mencetak sebuah momen manis untuk dikenang.
“Pengen deh aku sekali-sekali bahas masa depan,” sahut Zahira ketika ia menyesap tehnya. Kini mereka telah duduk di salah satu kedai teh yang tak jauh dari kebun teh itu.
Lukas menyeringai, “Jadi aku yang syahadat atau kamu yang dibaptis?” Lukas benar-benar mengatakannya dengan penuh canda tawa, namun jauh di dalam hatinya ia merasa bersalah karena menjalani hubungan ini dengan Zahira.
“Iih, Lukas!” Zahira membelalakkan matanya meminta Lukas tidak bercanda dengan hal yang sangat sensitif itu.
“Jadi gimana masa depannya?” Lukas menaikkan sebelah alisnya untuk menggoda Zahira.
“Tau ah, yang penting aku sekarang bahagia aja,” timpal Zahira, “semoga kamu juga bahagia sih sama aku.”
Lukas hanya bisa tersenyum. Ia sangat bahagia bisa menghabiskan waktu bersama Zahira setiap ada kesempatan, seperti hari ini. Sampai-sampai ia tak akan sanggup memikirkan bahwa hubungan di antara mereka mau tidak mau akan kandas suatu saat nanti karena batasan iman mereka tidak bisa diruntuhkan begitu saja.
Zahira dan Lukas sama-sama tahu, hubungan yang mereka jalani layaknya menaiki wahana ekstrem yang sangat menantang, namun kali ini tak ada asuransi yang bisa melindungi mereka apabila terjatuh.
Sorry, we can’t insure you for a journey like this.
Comments
Post a Comment