Skip to main content

Posts

Showing posts from 2021

thank you for crossing my path at uni

I did not write an informal thank you section on my thesis’ preface, so here I am with my whole heart would like to thank everyone who support, pass by, and being a part of my journey at uni. I hope you read this. Disclaimer: this would be a long and random list thank you Honorable mention buat dua kakak tingkat yang selalu ada buat aku selama kuliah, Mbak Nanda and Mbak Mellya. The first two person yang gatau deketnya gara-gara apa tapi jadi deket banget yang selalu mau dengerin cerita-ceritaku dan kasih solusi kalau aku sedang menghadapi masalah, orang yang paling suportif selama aku di BEM dan bahkan setelah mereka demissioner tetep aja mau bantuin aku cari solusi untuk BEM. Mbak Nanda yang jadi temen konser bareng, do a lot of things bareng sampe liburan bareng, orang yang selalu bantuin aku survive academically karena emang sepinter itu. Mbak Mellya yang selalu rela kontrakannya aku datengin buat jadi rumah keduaku di Jogja, gapernah nolak kalau aku mau nginep karena pulang kemale...

Friday the 13th

Bagiku, COVID-19 adalah salah satu peristiwa yang tak terprediksi yang bisa dikatakan ruin my whole plan  yang telah aku susun sedari lalu. Tapi kata orang, selalu ada makna di balik peristiwa. Bahkan peristiwa yang menyebalkan sekalipun, tak terkecuali untuk pandemi yang telah merenggut banyak mimpi yang tengah digantungkan ini. Layaknya semua orang yang terkaget-kaget dengan tak kunjung redanya penyakit ini di muka bumi, aku terus mengeluhkan kapan keadaan ini akan usai dan aku bisa kembali merangkai jalanku menuju hal yang aku idam-idamkan. Namun, ternyata hingga detik ini, semuanya belum kembali normal, yang ada hanyalah  new normal yang sama sekali berbeda dengan waktu sebelumnya. Setidaknya, ternyata kata orang ada benarnya. Hari ini aku menyelesaikan skripsi yang telah aku kerjakan selama lebih dari enam bulan dan ditutup dengan sidang daring. Memang, rasanya ada yang berbeda. Tak seperti kakak-kakak tingkatku yang harus mengalami nervous  menunggu giliran di Sapta...

At least they've survived for this day.

  Seorang lelaki tua tengah mendorong gerobaknya di salah satu jalan utama kota wisata ini. Dagangannya masih tertumpuk dengan rapih seperti belum ada pelanggan yang menyentuhnya. Tidak tampak adanya kehidupan malam yang biasanya gemerlap di sini. Ia biasanya mendapatkan puluhan pelanggan sebelum pandemi mulai menyerang dan tentunya sebelum para wakil rakyat di kantor gedongan sana membuat aturan yang mewajibkan orang-orang untuk melakukan segala aktivitasnya di rumah saja. Hatinya ketir dan takut kala-kala para penegak hukum akan menemukannya masih berkeliaran di atas jam malam yang telah ditetapkan. Namun, ia lebih khawatir jika tidak membawa barang selembar uang recehan untuk keluarganya di rumah. Peluhnya beberapa kali turun dari ujung rambutnya mengenai masker yang tengah erat ia gunakan. Dengan tenaga yang tersisa, ia terus berjalan bersama gerobaknya dan sesekali membunyikan bunyi-bunyian yang menandakan akan adanya dirinya. Entah sudah berapa jam ia berjalan, tak satu orang...

Sometimes I don't get what I want, too.

  When expectation meets the reality,  tentunya semua orang bahagia, aku pun. Bagaimana tidak, mengidamkan sesuatu yang ternyata nyata akan kau dapatkan, itulah hal yang mungkin paling membahagiakan. Tapi, ternyata tak selamanya begitu. Ada kalanya, aku  harus menerima kegagalan. Ya, kau tau, keadaan di mana realita yang ada di hadapanku tidak sesuai dengan harapan yang aku panjatkan. Pahit memang, membuat otot-otot mata ini tak sanggup untuk menghalau keluarnya air mata kekecewaan. Bahkan terkadang, rasa sakitnya menusuk setiap inci pertahananku, hingga aku tak mampu melakukan apapun selain merengkuh diri sendiri. Beberapa kali aku mengingatkan diriku bahwa kekecewaan ini fana, bahkan mungkin hanya satu atau dua hari saja bertahan. Namun, lagi-lagi buncahan emosi yang mendobrak di dalam diriku terus memaksaku untuk terjatuh dalam kesedihan, menghapus berbagai rasionalisasi yang telah kucoba untuk kubangun. I doubt everything will be fine, pada saat itu hanya kalimat itu ...

When it comes to be a pandemic.

  Aku Nalya, sesorang gadis yang berada di usia yang kata orang produktif. Namun,  kau tau, aku tidak. Hari-hariku habis untuk memandangi scene  demi scene  yang terarah dengan apik di tv series favoritku. Kalau kupikir, mungkin sudah puluhan tv series yang habis kutamatkan dalam kurun waktu setahun ini. Tapi rasanya masih banyak tontonan yang menunggu untuk kunikmati, bahkan banyak judul yang aku baru melihatnya hari ini. Jadi, kau akan paham bahwa kau dapat selalu menemukanku di kamar kesayanganku. Kalaupun aku bergerak, mungkin hanya sesekali ke kamar mandi atau mengambil camilan. Jika kau beruntung, kau akan melihatku membuka buku sketsaku dan mulai membubuhkan garis demi garis sebagai paduanku untuk bermain dengan cat air. Meninggalkan tontonanku dan mulai hilang dari waktu sekarang menuju imajinasiku yang tidak terbelenggu waktu. Akan tetapi, hari ini tidak seperti hari-hari biasanya. Aku, memutuskan untuk bertemu teman-temanku. Sudah lebih dari dua bulan aku t...

5 things that make me really happy

It's really hard to describe some things that bring happiness for me. But here I am, trying to tell five things that have already made me really happy for the last 21 years of my life. 1. Words For me, sometimes words means more than just words, they mean so much. A paragraph or even a short sentence can make my heart flutter, not only in cheesy ways, but also in any ways. I appreciate how people text me with their chosen words, especially when they put some ways to compliment me through words. Sometimes, their words make me cry for happiness. I remember my beloved friend sent me an entire paragraph of compliment through e-mail to celebrate my birthday, I couldn’t stop staring at that e-mail for at least 5 minutes until started to cry. Another experience was a chat from my lecturer saying that he noticed me in an event held by an organization in my faculty. He said that he really wished that I could follow the journey of a great alumnus who became the event’s guest. Just a short ch...

Live your life now

  Beraktivitas secara online sudah menjadi rutinatas baru di tengah pandemi COVID yang melanda seluruh bagian dunia ini. Tak terkecuali untukku, berkutat di hadapan laptop untuk meeting online atau hanya sekadar mengerjakan tugas adalah hal yang tidak terpisahkan sehari-hari. Rasa lelah tak payah selalu hadir di sekitar indera pengelihatan dan pada tulang-tulang penyangga badan ketika duduk dalam waktu yang lama. Bukan hanya pada fisik yang terasa, melainkan menyergap diri melalui perasaan. Sering kali rasa lelah membuatku menitihkan air mata hingga tersedu, bahkan beberapa kali aku terpikir bahwa ini sudah berjalan menuju stres. Lalu, hari ini seseorang bertanya padaku, “Sebenarnya apa sih yang ingin kamu lakukan di masa depan?” Berbagai hal melintas di benakku, memintaku untuk mengatakannya secara lantang. Tapi, aku hanya diam dan memberikan tatapan clueless kepada sang penanya. “Coba deh definisikan apa goals kamu?” ia melanjutkan dengan seulas senyum mengiringi. Aku mencoba men...