Skip to main content

The Photographer

Kerumunan orang tak menyulitkannya dalam mengabadikan setiap momen. Justru dengan banyaknya orang, akan tercipta banyak momen tak terduga. Bahagia, tawa, dan senyum menghiasi memori kameranya di hari itu. Namun, ia tak cepat puas. Terus saja ia memotret—apapun yang ada di depan kameranya.

Berjalan di jalan utama, trotoar, atau bahkan gang-gang sempit sudah dilakoninya sejak pagi tadi. Menyadari waktunya hanya tinggal satu malam di Kota Pelajar itu, ia mempercepat langkahnya. Dilihatnya sebuah warung kecil yang menjual makanan khas daerah tersebut—gudeg.

“Bu, gudegnya satu porsi ya,” katanya seraya mengeluarkan selembar uang.

Tak perlu waktu yang lama, sang penjual memberikan sepiring nasi gudeg lengkap dengan lauk-pauk seraya menerima uang. Ia tersenyum kepada sang penjual gudeg lalu mencari tempat untuk makan. Dengan kamera yang masih menggantung di lehernya, ia mulai menyantap kudapan nikmat itu. Ditemani sekotak kopi instan yang dibelinya di sebuah minimarket tadi sore.

Perutnya sudah terisi penuh ketika arlojinya menunjukkan pukul 22:07 WIB. Tetapi hatinya belum puas. Ia masih ingin hunting. Kemudian yang ia lakukan ialah melangkah ke arah selatan. Titik 0 adalah destinasinya setelah Pal Putih.

Perjalanan yang cukup menguras tenaga, pikirnya. Namun, semuanya terbayar ketika ia menemukan banyak sekali orang yang memadati titik 0 di Sabtu malam itu. Berbagai suku, ras, dan agama berpadu menjadi satu-kesatuan di tempat yang bisa dibilang tidak terlalu luas itu. Berbagai momen berusaha diabadikan olehnya.

Excus me, Mister, do you mind if I take your picture with your friend?” tanyanya kepada sepasang orang asing yang sedang duduk di bawah lampu penerang jalan.

No, it’s okay, are you a photographer?” seorang dari kedua orang asing itu bertanya.

Not yet, it’s my hobby,” jawabnya kalem.

“Cool!” kedua orang asing itu berkata hampir bebarengan.

Ia segera memotret kedua orang asing itu. Pasangan yang menawan, katanya dalam hati. Diam-diam ia mengagumi sepasang orang asing itu.

Thank you!” ucapnya kemudian melanjutkan perjalanannya.

Ia menengok jam tangannya. Sudah pukul setengah 12 malam, sebaiknya ia segera kembali ke penginapannya. Esok pagi ia harus bertolak ke tempat asalnya di seberang pulau.

Comments

  1. Semoga fotografernya bisa pulang dgn selamat. Amin... Bagus nih, terus menulis biar lama2 jd pnulis novel :D

    ReplyDelete
  2. Aamiin. Thanks dian udh komen, wkwk :D

    ReplyDelete

Post a Comment